Selamat datang di Site Berita Nasional Media Hapra Indonesia . Wartawan Hapra Indonesia dalam menjalankan tugas dibekali kartu wartawan dan bertugas sesuai penempatan yang dikeluarkan oleh Redaksi. Semua Anggota Hapra Indonesia, foto dan nama ada pada situs kami ini, tanpa ada nama dan foto di situs kami, oknkum tersebut BUKAN ANGGOTA HAPRA INDONESIA DAN SEGALA YANG DILAKUKAN DILUAR TANGGUNG JAWAB REDAKSI. LAPORKAN KE PIHAK KEPOLISIAN TERDEKAT

Jumat, 05 Agustus 2011

Enaknya Daging Ayam….Awas Ayam Tiren….

TULUNGAGUNG, Hapra Indonesia – Menjelang datangnya bulan suci ramadhan dan menantikan hari raya Idul Fitri, para pedagang berupaya meraih keuntungan yang maksimal dibanding pada bulan-bulan biasa.
 Dengan upaya meraup keuntungan yang besar berbagai carapun dilakukan oleh para pedagang, agar tak kecewa dan para konsumen tidak dirugikan, perlu kewaspadaan terhadap mutu barang yang dibeli.
Yang lagi marak saat ini, selain jenis makanan dan minuman siap saji yang kedaluwarsa, konsumen harus ekstra hati-hati untuk belanja jenis daging. Hal ini karena tersiar kabar adanya daging tak layak konsumsi beredar dan harga lebih murah dibanding harga pada umumnya.
Setelah maraknya daging sapi geronggongan, terjadi di sejumlah daerah. Kini, masyarakat dihebohkan  adanya peredaran daging ayam tiren (mati kemarin) serta ayam bangkai.
Dari informasi yang di dapat dari sumber HAPRA mengatakan bahwa ada daging ayam yang dijual telah mati sebelum disembelih. Dengan modus menyuntikkan air ke tubuh ayam yang telah mati tersebut, serta memberikan baluran kunir  pedagang daging ayam bisa memperoleh keuntungan dua kali lipat jika disbanding jual daging yang sehat.
 “Pengepul menyembelih ayam tiren dan  bangkai ayam, menyuntikan air serta membalurnya dengan kunyit agar kelihatan seperti ayam segar” ungkap salah seorang sumber kepada tim telusur jejak Hapra Indonesia.

MODUS OPERANDI
Arus sungai Brantas sering dijadikan pembuangan bangkai ayam sortiran yang akan dikirim ke tempat tempat penjualan ayam. Bangkai ayam yang mengambang di sungai ada yang mengambil, membersihkan, menyembelih dan dijual ke pengepul.
Dari pengepul daging bangkai ayam beredar ke pengecer dan sampai ke konsumen.Tim telusur Jejak Hapra Indonesia, juga mendapat informasi dan melelusuri asal usul daging ayam tiren. Selain diambil dari sungai, bangkai ayam juga diambil langsung ke kandang ayam peternak yang biasa di kirim dalam jumlah yang sangat besar ke luar Tulungagung.
Bangkai ayam yang telah disembelih dan diberi pewarna dari kunyit, banyak dijual ke pedagang makanan siap saji. Diantaranya depot maupun pedagang ayam goreng yang selalu laris manis dikonsumsi pembeli karena harganya yang murah. Ironisnya  80 % di wilayah sekitar Kecamatan Ngunut beberapa warung menggunakan daging tak layak konsumsi tersebut.
Diantaranya ayam goreng dan beberapa depot soto ayam dalam kategori yang besar, sementara itu pembeli tak menyadari kalau makanan bahan daging ayam yang mereka konsumsi adalah berasal dari ayam tiren. Sementara itu Sekretaris Dinas Perternakan Kabupaten Tulungagung Tatik Handayani ketika dikonfirmasi Tim telusur jejak Hapra Indonesia merasa terkejut dengan informasi yang diperoleh  tim telusur jejak Hapra Indonesia.
Dari informasi tersebut, Tatik menyatakan akan segera menindak lanjuti dengan pengawasan dan penertipan pedagang daging ayam. Dengan tindakan tersebut, diharapkan dapat mengantisipasi agar masyarakat pengomsumsi daging ayam tak terkecoh.
Lebih lanjut Tatik berharap dengan melakukan pengawasan secara berkesinambungan, agar lembaga tempatnya bekerja bisa menjadikan pengawasan mutu daging yang dipasarkan dan sehat serta layak untuk konsumsi.
“Sebenarnya kami sudah seringkali melakukan pengawasan, terima kasih atas informasinya. Besok segera kita tindaklanjuti,” paparnya.
Tatik Handayani menuturkan bahwa konsumen sebenarnya bisa mengetahui kualitas daging ayam saat transaksi.
Tentunya dengan mengetahui ciri-ciri daging ayam yang diduga suntikan serta bangkai. Seperti, jika diangkat daging mengucurkan air, tidak keset namun mengkilap, berat daging tidak wajar atau tidak sesuai dengan ukuran rata-rata 800-900 gram. Selain itu, jika digoreng, daging ayam langsung menyusut.
 “Pedagang yang nekat menyuntik daging dengan air untuk mendapat keuntungan yang besar. Biasanya yang disuntik daging bagian paha, dada serta punggung ayam,” jelasnya.
” Kurang baik karena daging menjadi kurang higienis.”pungkasnya. (B@yu/Dik)

BERITA SEBELUMNYA

  © HAPRA INDONESIA Media Group ...Berani.Cerdas . Realistis

Ke : HALAMAN UTAMA