Selamat datang di Site Berita Nasional Media Hapra Indonesia . Wartawan Hapra Indonesia dalam menjalankan tugas dibekali kartu wartawan dan bertugas sesuai penempatan yang dikeluarkan oleh Redaksi. Semua Anggota Hapra Indonesia, foto dan nama ada pada situs kami ini, tanpa ada nama dan foto di situs kami, oknkum tersebut BUKAN ANGGOTA HAPRA INDONESIA DAN SEGALA YANG DILAKUKAN DILUAR TANGGUNG JAWAB REDAKSI. LAPORKAN KE PIHAK KEPOLISIAN TERDEKAT

Senin, 17 Oktober 2011

Demi Ingin Menang Lomba, Warga Sengsara....

Tulungagung | Hapra Indonesia - Demi ingin menang lomba warga sengsara, ibarat pepatah kata berakit-rakit dahulu berenang kemudian atau bersakit-sakirt dahulu bersenang-senang kemudian.     Untuk memajukan suatu upaya, tentu ditebus dengan susah payah dan bisa dikata sengsara. Demikian juga dengan mempromosikan kawasan wisata harus pula ditebus dengan perjuangan semaksimal mungkin agar lokasi wisata layak dan disaka wisatawan.
    Dalam memenuhi harapan sebuah lokasi wisata menjadi pilihan kunjungan wisatawan, tidak cukup hanya dilokasi wisata yang dibenahi sedemikian rupa sehingga menarik animo pengunjung. Tetapi sarana jalan menuju kearah lokasi wisata juga harus bisa membuat pengunjung nyaman dalam perjalanan.
    Dinas Pengairan Kabupaten Tulungagung meski tidak menangani keberadaan lokasi wisata, mau tidak mau terlibat dalam hal keberadaan wisata. Hal itu mengingat wisata di Tulungagung tak luput sungai, misalnya waduk Wonorejo yang saat ini permukaan airnya kian surut.
    Maka, baru-baru ini, pihak Dinas Pengairan melakukan upaya menjadikan sungai di Tulungagung bersih dan bisa menampung air dikala musim penghujan. Keberadaan perengan (tanggul) diperkuat dan menghilangkan penyebab rusaknya jaringan pengairan.
    Tentang penebangan pohon sepanjang jalan Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol, melalui pesan singkat dari nomor ponselnya, Drs. Maryani Kabag Humas Pemkab Tulungagung menuliskan ”Saya belum tahu” komentarnya menjawab konfirmasi melalui pesan singkat dari media ini.
    Setelah dilakukan pengecekan, dibenarkan oleh Drs Maryani ada pohon yang dipotong dan diganti dengan pohon lain, hal itu karena juga untuk kepentingan peningkatan layanan wisata yang ada di kawasan tersebut untuk menjadikan pepohonan sepanjang jalan akan lebih rindang karena daunnya melebar.
    Dari Dinas Pengairan, diperoleh penjelasan bahwa beberapa pohon yang berada di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol yang memanjang di sepanjang jalan dan sangat dekat dengan bentangan sungai sepanjang jalan terpaksa harus dipotong. Beberapa warga menyayangkan adanya pemotongan pohon tersebut.
    Jika ditinjau dari hasil buah dan pohon memayungi pejalan kaki dikala terik mata hari memang menguntungkan, namu jika dilihat bahwa akar pohon bisa merusak kondisi sungi karena akarnya cukup banyak dan kuat, dampaknya kerusakan sungai dan pendankalan.
    Karena untuk menyelamatkan kelancaran dan kemampuan menampung air, dengan berat hati pohon terpaksa harus dipotong. Meski demikian tidak berarti habis ditebang dibiarkan melompong, ada tanaman pengganti yang akarnya tidak membahayakan kondisi perengan sungai.
    Pemotongan yang beberapa lalu dilakukan, dan telah dilakukan penanaman pohon baru, kebetulan waktunya bersamaan dengan persiapan adanya lomba penilaian yang melibatkan penghijauan dan penataan lingkungan yang sejuk dan nyaman serta bersih.
    Karena waktunya berdekatan dengan persiapan lomba, maka muncul rumor dan kesan bahwa demi ingin menang lomba warga sengsara ketika terjadi pembersihan pinggir sungai sepanjang jalan di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol
    Saat pembersihan areal di sepanjang jalan, dari sumber yang diperoleh media ini, pelaksanaannya disaksikan langsung oleh Kapolsek dan Dan Ramil setempat untuk menghindari kesalah pahaman tentang mengapa pepohonan ditebang.
    Tentang wisata andalan, Dukuh Pasir Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung, sudah taka sing lagi bagi warga Tulungagung, hal itu karena di desa tersebut terdapat obyek wisata Goa Pasir.
    Lokasi wisata yang cukup indah dan saat ini masuk pada deretan kunjungan wisata di Kabupatren Tulungagung, lokasinya atau tepatnya tepat berada di sisi utara pegunungan kapur selatan (Gunung Podo)
     Buku yang berjudul TABUTA (Tapak Budaya Tulungagung) karangan Drs. M Dwi Cahyono, M.Hum dijelaskan bahwa Goa Pasir atau yang dinamakan Situs Karsyan Goa Pasir yang terletak di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol berbentuk bangun landam kuda serta tinggalan arkeologi yang berupa goa pertapaan yang berisi banyak relief (goa I) dengan ukuran goa 260 x 175 cm dan kedalaman 218 cm dengan ketinggian 200M di atas permukaan tanah tanpa disertai dengan tangga batu. Dan goa II yang tidak ber-relief dengan posisi tebing bawah dengan keadaan mulut lebih besar dari goa I berukuran 305 x 255 x 190 cm dan kedalaman 255 cm posisi goa menghadap ke barat.
    Dalam buku TABUTA juga dijelaskan bahwa sesuai dengan sebutannya yaitu “Situs Goa Pasir“ dan fungsinya sebagai karsyan maka kedua Goa tersebut waktu itu difungsikan sebagai pertapaan.
    Hal tersebut didukung dengan banyaknya temuan lain yang tersebar di area goa serta sebagian yang tertimbun tanah, hal ini selaras dengan esoteris dari Hindu sekte Siwa Shidanta yang lazim di jalankan di lingkungan karsyan yang sifatnya tertutup.
    Temuan lain di situs Goa Pasir berupa sisa struktur bangunan, berbangun bujur sangkar dengan ukuran sisi 700 cm berupa tatanan batu bata yang semula diperkirakan sebagai pondasi suatu asrama (rumah tinggal semi permanen bagi para Resi) dan hingga kini yang tersisa dari bangunan ini adalah bagian bangunan yang tampak di permukaan tanah yang berada di sisi selatan dan barat.
    Selain itu di area situs juga terdapat arca-arca lepas batu adesit, sedangkan arca yang tersisa berupa dua buah arca penjaga pintu (dwara pala) berbeda ukuran dan detail bentuknya, fragmen arca Ganesha (Putra kedua dari Dewa siwa dan parwati/uma) peninggalan kerajaan Majapahit dan ini di indikatori berupa pahatan teratai yang tumbuh dari vas bunga yang dipahat pada sandaran kanan kiri kaki arca.
    Berdasarkan catatan penelitian N.J. Krom dan Verbeek di situs Goa pasir pernah ditemukan arca batu yang sandarannya dipahatkan konogram saka 1325 (1403 M) dan 1224 S (1302 M) tahun 1302-1403 M yang berarti dari masa Majapahit, juga pernah ditemukan kronogram yang bertarikh Saka 1228 (1306 M), menunjuk pada zaman Majapahit oleh karena itu situs Karsyan Goa pasir diperkirakan sebuah peninggalan zaman Majapahit.(Bayu)

BERITA SEBELUMNYA

  © HAPRA INDONESIA Media Group ...Berani.Cerdas . Realistis

Ke : HALAMAN UTAMA