TULUNGAGUNG | HAPRA Online – Pasar burung Beji Tulungagung berada di bekas sub terminal cukup potensial untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari sektor retribusi. Hal itu mengingat di pasar burung tersebut terdapat 50 kios dengan 2 los bango.
Berdasarkan pantauan media ini, setidaknya 10 kios di pasar tersebut yang mangkrak tanpa difungsikan sama sekali menjadi salah satu penyebab minimnya setoran ke kas daearah karena targetnya hanya Rp 18 juta tiap tahun.
Ketika media ini menyusuri pasar burung Beji, Soleh (53) salah seorang pedangang burung di pasar tersebut mengatakan “Kios ini sebenarnya bukannya tidak terpakai. Tapi sudah ada yang punya namun oleh pemiliknya tidak digunakan,” ujarnya
Soleh menambahkan pula Karena mereka menganggap berbisnis burung berkicau masih belum menjanjikan. Padahal, biaya sewa kiosnya sangat murah. Per kios yang belum ada listriknya Rp 5 juta. Sedangkan yang sudah memiliki fasilitas listrik biasa mencapai Rp 7 juta hingga Rp 19 juta per tahun,” katanya.
Sementara itu, Harjo juga seorang pedagang burung menimpali, ”Retribusinyapun sangat murah Cuma Rp.22 ribu perkios” ujar pria yang telah berjualan dipasar burung Beji selama 12 tahun
Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Pasar Tulungagung Edy Suyanto ketika dikonfirmasi via telpon 081234xxxxx mengatakan, “Kita masih membahas berapa target yang tepat untuk retribusi pasar burung mulai tahun depa” ungkap Edy.
Edy menambahkan “Saat ini, dalam satu tahun pasar burung ditarget menyumbang PAD Rp 18 juta. Jika hingga Juni lalu saja mencapai Rp 9 juta. Maka, target PAD dari Pasar Burung dinaikkan sepertinya juga sangat mampu,”. (Bayu)
Berdasarkan pantauan media ini, setidaknya 10 kios di pasar tersebut yang mangkrak tanpa difungsikan sama sekali menjadi salah satu penyebab minimnya setoran ke kas daearah karena targetnya hanya Rp 18 juta tiap tahun.
Ketika media ini menyusuri pasar burung Beji, Soleh (53) salah seorang pedangang burung di pasar tersebut mengatakan “Kios ini sebenarnya bukannya tidak terpakai. Tapi sudah ada yang punya namun oleh pemiliknya tidak digunakan,” ujarnya
Soleh menambahkan pula Karena mereka menganggap berbisnis burung berkicau masih belum menjanjikan. Padahal, biaya sewa kiosnya sangat murah. Per kios yang belum ada listriknya Rp 5 juta. Sedangkan yang sudah memiliki fasilitas listrik biasa mencapai Rp 7 juta hingga Rp 19 juta per tahun,” katanya.
Sementara itu, Harjo juga seorang pedagang burung menimpali, ”Retribusinyapun sangat murah Cuma Rp.22 ribu perkios” ujar pria yang telah berjualan dipasar burung Beji selama 12 tahun
Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Pasar Tulungagung Edy Suyanto ketika dikonfirmasi via telpon 081234xxxxx mengatakan, “Kita masih membahas berapa target yang tepat untuk retribusi pasar burung mulai tahun depa” ungkap Edy.
Edy menambahkan “Saat ini, dalam satu tahun pasar burung ditarget menyumbang PAD Rp 18 juta. Jika hingga Juni lalu saja mencapai Rp 9 juta. Maka, target PAD dari Pasar Burung dinaikkan sepertinya juga sangat mampu,”. (Bayu)